Berikut ini adalah biodata tengtang Pdt Gilbert Lumoindong
Gilbert lumoindong telah benar-benar menyerahkan hidupnya kepada Tuhan sejak ia berusia 10 tahun, setelah beberapa saat ajaib ketika
Pdt Gilbert lumoindong sembuh dari sakit saraf. Ketika ia
Pdt Gilbert lumoindong masih remaja (17 tahun), ia mulai berkhotbah dan berpartisipasi aktif dalam pemuda
Kristen dan layanan siswa. Panggilan untuk melayani
Tuhan
adalah sangat ditentukan pada saat dia pergi ke Institut Teologi dan
Pendidikan Indonesia (ITKI) di Jakarta dan menyelesaikan studi dan
mendapatkan diploma.
Dengan berkat
Tuhan yang berharga dan hadiah,
Pdt Gilbert lumoindong
berbakat untuk berbicara tentang kata-kata Tuhan terus-menerus dan
jelas yang membuatnya diterima di setiap tingkat sosial dan latar
belakang dan akhirnya membawa mereka kembali ke jalan Allah melalui-Nya
Sakti Mighty Touch.
Pdt Gilbert lumoindong
menikah dengan istri tercinta yang menjadi pasangan yang setia dan
pendamping. Rev Reinda Lumoindong, STh. dan memiliki satu putra, Garren
Lumoindong Reivener, dan seorang putri, Gavrilla Reichella Lumoindong.
Latar Belakang Pendidikan
Pdt Gilbert lumoindong
Lembaga Pendidikan Teologi dan Indonesia, Jakarta.
1984-1990
:
Misi Mahasiswa
1990
:
Penyelesaian Pendidikan Teologi di ITKI.
1991-1997
:
Host Program Agama (Kristen) di RCTI Stasiun TV, Jakarta.
1992-1997
:
Ketua Gospel Overseas Studio (GO Studio), Jakarta
1993-1997
:
Ketua Yayasan Nafiri Jala, Jakarta
1996-1999
:
Host Program Agama (Kristen) di 40 stasiun radio di seluruh Indonesia.
1996-sekarang
:
Host program "Untuk Mendengarkan dengan benar" di stasiun radio Pelita Kasih, Jakarta.
Host program "Mighty Touch-Nya" di stasiun radio Sport FM, Jakarta.
1997-sekarang
:
Membentuk 'Kemenangan Iman' (Kemenangan Iman) yayasan di Jakarta.
1998-2000
:
Host dari "Touch Mighty-Nya" untuk stasiun TV Australia
1998-sekarang
Bocah lelaki itu terpekur. Dokter baru saja memberi vonis yang
mengejutkan: secara berangsur-angsur kemampuan otaknya akan menurun; dan
tingkat intelegensinya akan berkurang demikian drastis bagaikan
penderita down syndrome. Ia divonis menderita penyakit syaraf otak.
Maka, ia pun tak kuasa membendung air matanya setiap melintasi sekolah
yang diperuntukkan untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, yang
letaknya dekat dengan
rumahnya di wilayah Tebet, Jakarta.
“Ah Tuhan, apakah kelak saya akan berada di tempat itu?” keluh anak
lelaki yang bernama lengkap Gilbert Emanuel Lumoindong itu. Bertepatan
dengan penyakit saraf otak yang diderita
Gilbert, kedua orang tuanya mulai rutin menyambangi Persekutuan Doa (PD)
yang dipimpin oleh mendiang Ibu Ev. Slamet dan Bapak Ev. Murti, yang
berada di dekat tempat tinggal mereka. Saat itu, hamba Tuhan dari
Belanda tengah berkunjung untuk melayani di tempat itu. Gilbert pun tak
ketinggalan menghadiri ibadah Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), dan ia
pun turut maju saat hamba Tuhan memanggil jemaat yang ingin didoakan.
Dengan iman kanak-kanak yang dimilikinya, Gilbert meyakini bahwa saat
itu juga ia sudah sembuh. Maka, tanpa tedeng aling-aling, setiba di
rumah ia pun membuang pbagai obat yang selama ini dikonsumsinya. Ya,
Gilbert tak hanya mengalami kesembuhan, kemampuan otaknya pun mengalami
peningkatan hingga ia selalu mendapat predikat juara kelas bahkan lulus
dari SMA dengan nilai terbaik.
Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), dan ia pun turut maju saat hamba
Tuhan memanggil jemaat yang ingin didoakan.Dengan iman kanak-kanak yang
dimilikinya, Gilbert meyakini bahwa saat itu juga ia sudah sembuh. Maka,
tanpa tedeng aling-aling, setiba di rumah ia pun membuang pbagai obat
yang selama ini dikonsumsinya. Ya, Gilbert tak hanya mengalami
kesembuhan, kemampuan otaknya pun mengalami peningkatan hingga ia selalu
mendapat predikat juara kelas bahkan lulus dari SMA dengan nilai
terbaik.
Menjelang tidur, usai mengalami kesembuhan ilahi, terlintas pikiran di
benak Gilbert yang kala itu masih berusia 10 tahun: “Secara manusia saya
ini sudah tidak layak, karena menderita penyakit syaraf otak. Tapi
karena Tuhan sudah menyembuhkan, maka hidup saya ini milik Tuhan. Apa
pun yang Tuhan ingin saya perbuat, saya bersedia.”
Ya, Gilbert tak hanya mengalami kesembuhan, kemampuan otaknya pun mengalami peningkatan hingga ia selalu
mendapat predikat juara kelas bahkan lulus dari SMA dengan nilai
terbaik.Menjelang tidur, usai mengalami kesembuhan ilahi, terlintas
pikiran di benak Gilbert yang kala itu masih berusia 10 tahun: “Secara
manusia saya ini sudah tidak layak, karena menderita penyakit syaraf
otak. Tapi karena Tuhan sudah menyembuhkan, maka hidup saya ini milik
Tuhan. Apa pun yang Tuhan ingin saya perbuat, saya bersedia.”
Maka, meski masih duduk di bangku SD, Gilbert kecil tak segan-segan
menyambangi persekutuan yang diperuntukkan untuk orang
dewasa---ketimbang mengikuti ibadah sekolah minggu.
“Waktu itu, di sekolah minggu, kisah yang diajarkan kebanyakan cerita
dongeng,” kenang Gilbert. “Sementara saya ingin mendengarkan firman.”
Memasuki bangku SMP, ia mulai melayani di gereja; saat duduk di bangku
SMA, ia terlibat dalam pengurusan Rohani Kristen di sekolah. Di sekolah
itu pula, SMA Negeri 3 Setiabudi, Jakarta, Gilbert bertemu dengan pujaan
hati: Reinda Lumoindong. Suatu ketika, saat persekutuan di sekolah,
lantaran absennya pembicara, Gilbert pun diminta untuk membawakan
khotbah. Suatu kebetulan, karena ia baru saja menyelesaikan pelatihan
School of Ministry milik Morris Cerullo dan sebelumnya pernah mengikuti
kursus Alkitab di GBI Mawar Sharon. Tak dinyana, inilah awal perjalanan
seorang Gilbet Lumoindong sebagai seorang hamba Tuhan yang dipakai Tuhan
luar bisa.
Setelah itu, Gilbert pun diminta untuk melayani sebagai pembicara di
berbagai sekolah di Jakarta. Setelah lulus dari SMA, pria kelahiran 26
Desember 1966 itu pun kian memantapkan panggilannya sebagai hamba Tuhan
di mana ia menimba ilmu di Institut Theologia dan Keguruan Indonesia (ITKI) Petamburan, Jakarta.
Nama Gilbert Lumoindong mulai dikenal saat ia bergabung dalam pelayanan
Gospel Overseas (GO) Studio dan menjadi host acara siaran penyegaran
rohani Kristen Protestan di RCTI di tahun 1991. Tak dipungkiri, karena
seringnya muncul di layar televisi, pamornya pun kian meningkat.
Apalagi, ia juga
sering mendapat permintaan untuk menjadi pembicara di berbagai KKR dan acara-acara rohani lainnya.
Melalui GL Ministry yang resmi berdiri pada tahun 1998, pelayanannya semakin berkembang bahkan hingga
ke manca negara. Namun, beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2002, Tuhan mulai meletakkan visi
yang baru, yakni hati sebagai gembala. “Awalnya saya mengira bahwa itu
hanya suara hati, bahkan suara iblis. Karena saya yakin bahwa pada waktu
itu panggilan saya adalah penginjil bukan gembala,” papar Gilbert
seraya menambahkan, bahwa walaupun ia
mencoba dengan berbagai cara untuk mengenyahkan pikiran tersebut, “suara” itu semakin kuat.
Akhirnya Gilbert “menyerah”, dan mulai merintis karir sebagai gembala
jemaat pada tahun 2007. Diakui Gilbert, saat ia memutuskan untuk menjadi
gembala, ada banyak suara-suara miring di sekitarnya lantaran ia pernah
berucap bahwa ia tak kan pernah menjadi seorang pemimpin jemaat.
“Saya lebih baik salah terhadap diri sendiri, dari pada salah terhadap
Tuhan,” tegas Gilbert yang mengaku tidak peduli dengan cacian “menjilat
ludah sendiri” yang ditujukan kepadaNya, asal untuk kemuliaan nama
Tuhan.
Kini, di bawah penggembalaannya, Tuhan mempercayakan ayah dari Garren,
Chella, dan Evan Lumoindong ini untuk memimpin sekitar 8.000 jemaat yang
tergabung dalam GBI Flow Fellowship Centre, dengan visi “ Menegakkan
Kerajaan Allah Dalam Kebenaran dan Kasih.”
Demikian Info tentang
Pdt Gilbert lumoindong STh, semoga bermanfaat.
Tuhan Yesus Memberkati.
Yesus Kristus adalah Tuhan